Sebagai ibu kota negara Indonesia Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru Nusantara dan dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi diduga sebagai penduduk yang paling awal mendiami kawasan ini, paling tidak sejak abad ke 2. Dalam buku "Penulusuran sejarah Jawa Barat" (Dinas Kebudayaan Jawa Barat,1984) disebutkan sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang didirikan oleh Aki Tirem sudah berdiri di tepi sungai Warakas, Jakarta Utara. Aki Tirem kemudian mengangkat menantunya Dewawarman menjadi raja. Seorang pelawat asal Tiongkok, Fa Shien pun pada abad ke 5 mencatat kegiatan komunitas masyarakat yang mendiami daerah aliran sungai Ciliwung. Merekalah yang kemudian dinamakan manusia proto Melayu Betawi.
Jakarta kemudian dihuni oleh orang-orang sunda, jawa, bali, maluku, melayu dan dari beberapa daerah lainnya, disamping orang cina, belanda, portugis, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penduduk adalah bahasa Melayu dan bahasa portugis yang lebih dari satu abad malang melintang berniaga dan menjajah. Jakarta adalah juga "panci-pelebur" (melting pot) kebudayaan. Banyak kebudayaan dan kesenian dari berbagai penjuru dunia dan nusantara bertemu, saling mempengaruhi, dan akhirnya melebur menjadi identitas baru: Masyarakat Betawi atau Orang Betawi.
Dari masa kemasa Masyarakat Betawi berkembang terus dengan ciri-ciri budaya yang semakin mantap sehingga mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain. Namun bila dikaji lebih mendalam akan tampak unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhinya. Jadi tidaklah mustahil bila bentuk kesenian dan kebudayaan Betawi sering menunjukkan persamaan dengan kebudayaan dan kesenian dari daerah lain. Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan dirasakan seutuhnya sebagai miliknya sendiri tanpa mempermasalahkan darimana asal unsur-unsur pembentuknya.
Demikian pula sikap terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling luat mengungkapkanciri-ciri kebetawian, terutama pada seni pertunjukkan. Budaya dan kesenian Betawi masih terus berkembang membentuk Kebudayaan Megapolitan. Kesenian betawi tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dengan segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian rakyat.
sumber :http://budayabetawi.multiply.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar